Dua Orang Pejuang dari Desa
: Ayah Bunda
Yang bermandi keringat serta lumpur sawah
Juga membuka ladang di hutan itu
adalah ayah serta bunda
Hangat keringat mereka adalah napasku
Peluh du tubuh mereka adalah taji hidupku
Batas hidup adalah kesementaraan
Segala terasa fana; juga bagimu
Ada dinding tak tertembus
antara kehidupan dunia
dan lapis demi lapis barzakh itu
Untukmu dua pejuang dari desa
angin lirih menerbangkan ungkap syukurku
Gunung-gunung menjulang desa kita
adalah dinding pembatas duniamu
arit serta cangkul pekakasmu untuk bekerja
serta telah mengantarkan seorang putera
menembus keajaiban hidup tanpa sekat dan batas
Dengan laptop serta flashdisk
tak membakar punggung di terik panas
demi butiran-butiran beras.
Ketika dunia mengantarkan segala jenis hidangan
di atas perjamuan meja makan itu, lukaku
tak mencicipi segala kelezatan itu bersamamu
Maut telah merentang jarak antara kita
padahal hijab takdir itu telah kukoyak
sebagai sembah baktiku bagi ayah bunda saja
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Dodo Widarda
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Pikiran Rakyat” Minggu 12 Maret 2017