Bermukimlah di Sini – Daun-daun Bambu – Sajak-sajak Hilang – Dada Penyair – Dewi Sri – Hujan yang Turun Lirih – Hujan Menuju Kolam – Hujan yang Tersendat
Bermukimlah di Sini
apapun yang terjadi
tetap senang dan bersabarlah puisi
bermukimlah di tanah
kata-kataku
merayakan, mengayakan
kemiskinanku
tangan yang mengguratmu ini
sedang sangat keras belajar
seperti seruas akar
yang tak takut susut
ketika paceklik datang
mengambil helai demi helai nektar
Daun-daun Bambu
di sini daun-daun bambu
berjatuhan, menghampar
seperti lukisan
musim gugur
seperti tebaran luka
sehabis bertempur
menantikan sepasang tangan
lentur menabur
ke lubuk pediangan
ketika petang kian dekat
pada ranggas kebun
dan malam tinggal
segelar mimpi
akan tunas-tunas anggur
Sajak-sajak Hilang
Selepas isya’, tidurlah anakku
biarkan di luar dunia masih hibuk
di sisimu aku melingkar
mengumpulkan sajak-sajak yang hilang
sambil memeluk
Yang hilang; leburlah menjadi debu
yang datang; datanglah beribu-ribu
Yang hilang; bersuluk, jauh dari bunyi
yang terang; beruku’ dekat rakaat sunyi
Yang hilang, seperti daun-daun bambu
gemerisiknya adalah langgam sedih
dikabarkan angin
Namun daun-daunnya yang likat itu
rumah; bagi belalang-belalang piatu
rumah; bagi doa-doa yang terhimpun
dari ketinggian waktu
Dada Penyair
pada tubuhmu tergelar
selembar dada
denyutnya menghidupkan rahim
yang mengandung ribuan
benih kata-kata
di musim, di waktu
di kesedihan yang sempurna
anak-anak puisimu lahir
dengan sayap
mengitari puggungnya
terbang-hinggap-terbang
dari kubah ke kubah
ke gema-gema lonceng
di menara-menara lainnya
mengumpulkan guguran doa
sebelum matahari menyepuh subuh
dibilasnya kata-kata
yang keruh tersentuh
dosa
lalu melontarkannya bersama guguran
doa, ke ketinggin nun
tak terhingga
Dewi Sri
sedari waktu yang duka
sempurna kau menjelma
runduk peluh
dari tabah titi mangsa
menggoda burung-burung melingkar
mencuci diri
di palung kabut
sebelum pecah fajar
sebelum mimpi siang
liar menjalar
aku menyerah pada namamu
yang tertera pada petal-petal
bunga padi
jadi bulir-bulir ranum
yang dikawin matahari
yang takkan habis kuziarahi
pada setiap basah dan
rengkah musim
takdir bagi benih-benih mimpi
lahir
berrmukim
Hujan yang Turun Lirih
ada sulur-sulur terbentuk
dari hujan
rambatannya lirih dan pelan
terulur dari atap
garis-garisnya yang panjang
dan putih itu
serupa bilur
yang pernah dekat
Hujan Menuju Kolam
ada hujan menuju kolam
di atas kolam teratai kembang
kembang mengambang
melipur ikan-ikan
ikan-ikan bergairah
mengecupi lumut
lumut setia pada batu-batu
batu-batu kekal
melubangi waktu
oh, betapa sabar karunia itu.
Hujan yang Tersendat
barangkali karena hujan yang
tersendat tiba dari jauh
diambang latar
bunga sepatu tak kunjung mekar
maka angin dan kupu-kupu
saling berganti menyentuh
menyingkap tiap-tiap kuncup
dengan gairah cinta paling utuh
Rujukan: