Kata-kata – Mata Penyair – Telinga Penyair – Gigi Penyair – Sajak – Bahasa – Mulut Penyair
Kata-kata
kalau kata-kata kehilangan muara
air kali menjadi bah
bahasa adalah pamrih
aku dan kau berkasih
Penyair yang Membangunkan Kamar Tidur
bangun! bangun! bentak penyair nyingir
dan kamar tidur tetap mendengkur
(ia tidak ikut tidur
berusaha tidak tidur)
mimpi-mimpi lelap
suara-suara penyair menguap
dilihatnya kata-kata berceceran di lantai
dan juga di sprei
bekas mimpinya sendiri menyetubuhi mimpi
MataPenyair
mata penyair (temanku) gemar mengerling
dikira juling
kepada dia banyak yang bingung
dia tersinggung
ke mana arah pandangan yang sebenarnya
orang-orang enggan menatap
barangkali saling kehabisan harap
Telinga Penyair
telinga penyair (temanku) tajam
seperti pisau yang kacau
mencari-cari suara disamarkan bahasa
bahasa yang setajam telinganya
kalau tidur gemar iring mendekap guling
ketika bangun tidur bantalnya rusak
lalu semuanya dianggap rusak
atau telinganya sendiri yang rusak?
Gigi Penyair
gigi penyair (temanku) besar-besar
kalau berbicara sering bau menyengat
karena giginya memang jarang disikat
sikat giginya sudah pernah dipakai teman lain
lalu dia tak mau pakai
lalu dia tega membiarkan berdebu
tetapi gigi temanku yang penyair
tak ada yang runcing seperti gigi drakula
tetapi gigi temanku yang penyair tidka menakutkan
sebab drakula bagai hilang atau dihilangkan?
Sajak
sajaklah yang membuat penyair tidur nyenyak
membawanya mimpi sambil mendekap bahasa
dengkur penyair menjadi magma
Bahasa
bahasa adalah hidup
tak sanggup kesepian atau sendirian
bahasa diterbangkan diharap jadi hujan
semua tambah segar
anak-anak tak bertengkar
tak ada debat berantakan
apakah bahasa mulai sirna
kueja tanda-tanda
Mulut Penyair
mulut penyair (temanku) sering berbusa
kalau sedang bicara
teman-teman lain menghindar takut kecipratan
lalu teman-teman lain memilih diam
bicara dengan bisikan
samar didengar samar dalam kamar
Penyair Istirah
di perjalanan lelah panas
berliku pematang mengikuti sungai
penyair istirah di rindang impian
sepoi angin mengelus tengkuk dan pelupuk
lalu terkantuk tak peduli langit muntah
dengkurnya menghembuskan kata
igaunya dipatahkan angin
Penyair Menari
penyair menari meliuk-liukkan kata
bayangannya tak tampak di kaca almari
di kamar tidur pribadi yang sunyi lampu dipadamkan
tanpa jendela
dan lelah mengantar tidurnya
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Sunardi Ks
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kedaulatan Rakyat” pada 25 Januari 2015