Perjalanan ke Lombok Selatan – Pendongeng Mataram – Pesan Pendek untuk Made Adnyana Ole
Perjalanan ke Lombok Selatan
perjalanan ini
kau namakan menangkap nyale
nyala yang tumbuh dari air
kau mengajakku
dalam perjalanan tak bergerak ini:
melewati rumah-rumah tembakau
sawah tadah huujan yang terbakar
dan barisan kerbau yang memburu lumpur
perjalanan ini
mencapai tanah setapak kaki
tempat menyerukan namaNya
tempatmu berteduh
di bawah keindahan sekuntum bunga
bunga dari taman bumi bawah laut
dan
sampai saat bulan penuh
pantai-pantai tenggelam ke dalam tanganmu
laut dan langit runtuh
kau menapaki jejak laparku
aku menapaki jejak laparmu
sepanjang labirin gelap malam
sepanjang malam ke Lombok selatan
2014
Pendongeng Mataram
matamu yang terpejam memiliki sihir
tanganmu yang berani mempunyai kegaiban sejati
dan dongeng yang kau tuturkan
akan abadi sepanjang jaman
maka kau kisahkan untukku
betapapun silam malam ini
jangan tinggalkan Mataram
dongeng yang tak pernah tua
menunggu di bagian kota yang kelam:
Ampenan
tempat tinggal pemilik nama
yang tak pernah dipakai
orang tua manapun untuk anaknya
:hidup dengan bunga-bunga pemakan daging
burung bermata tiga dan
bidadari yang lahir setiap purnama
dengan tanda bulan sabit merah
di keningnya yang lebam
cakranegara.
di pasar gelap, dijual
burung-burung yang dipotong paruhnya
kupu-kupu yang ditawarkan warnanya
di kampung-kampung berbentuk bujur sangkar
bulan disangkarkan
menunggu ayam jantan menunjukkan
arah padi tumbuh dalam lukisan cat air
dengan spuan gelap terang tinta cina
Mataram.
hujan melelehkan gorong-gorong
yang tersumbat sampah plastik
kain sisa pembalut luka, tissue penghapus ingus
di sekelilingnya:
tanah berlubang, langit berlubang, laut berlubang
tanah hitam, langit hitam, laut hitam
matamu terpejam, tanganmu terbenam
2.000 hektar usiamu, : sawah abadi,
lahan terbuka hijau bagi lelaki pernyair
menangkap mata rama-rama
2014
Pesan Pendek untuk Made Adnyana Ole
Lebih manis, ketimbang dongeng dari utara
jangan lagi rahasiakan,
kisah-kisah dalam cerita-cerita pendekmu:
tentang anggur merah, cuka apel
dan parutan jeruk limau
yang menyadahkan asam lambung kita
kau sudah belajar menanam pagi beras merah
memetik hujan musim kemarau
: cara paling sederhana, meredakan demam,
sariawan dan panas dalam badan tua kita
lapar dan haus tidak tersisa lagi
karena sesungguhnya, tubuh kita
hanya membutuhkan satu sendok teh
madu bunga perdu
lebih hitam ketimbang dongeng dari utara
selama ini, kau sembunyikan
rahasia itu dalam puisi-puisimu
2014
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Sindu Putra
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” pada 25 Januari 2015