Dua Waktu Satu Masa
~Dunia
Kita adalah buah yang tumbuh dari pohon-pohon tersemaikan, menjadi
Anggur, madu, bahkan kecubung memabukkan sekalipun. Janji yang
Menyelinap di pundak-pundak hamba telah terbawa usia terberikan ten-
Tram dan kepastian, selebihnya gulita tak teraba. Kini dirimu diriku
Dalam labirin mencari seberkas pelangi dari kedukaan yang menying-
Gahi. Tengoklah,
air laut yang jernih sering menghembus aroma busuk.
Tapi tidakkah di dasarnya tersemayam mutiara?
Di pojok senja, 15 November 2014
Rayuan Mulut Jalang
Mulut merah begitu renyah
Bersilat lidah menipu dunia
Mereka tak tahu, ia bak anjing jalang meraung
Di kerumunan domba tergembala tenang
Mulut merah menghitam
Pekat dalam rundung dosa
Hati merah mencegah keras
Mulut menghitam mengatup rapat
Apa mau dikata?
Ia adiraja umbar kepalsuan
Dari mulutnya membuih putih
Amat jijik menambat jiwa terkhianati
Kesal namun kurcaci diri menciut
Teruntuk mulut yang menjalang
Apa mau dikata?
Purwokerto, 2014.
*) Muhammad Badrun, mahasiswa STAIN Purwokerto, aktif di komunitas sastra Gubug Kecil.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Muhammad Badrun
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Pikiran Rakyat” 22 Maret 2015