Hikayat Belalai – Kabung – Percikan Api Naga – Kunang-kunang
Hikayat Belalai
I
Pada mulanya gelap.
Pati Golo Arakian tersesat pada kedatangannya
maka ia hanya berjalan-jalan tanpa tujuan
bulan pucat masai di sana.
pedangnya batu dan mulai belajar memahami
lekuk lembah yang dingin
menghapal malam dalam batok kepalanya
Pada mulanya kelam.
ia belajar mencintai mata malam
dan melupakan rasa laparnya
menjelang maut menjemput
lalu, tersesat pada kematian
II
Dari Thailand kau bawa oleh-oleh
Ama merampas kepercayaan
dengan pedang batu.
Ama berdiri pada puncak tertinggi dan bersabda
“Akan kubawakan kau, Ina. Sepasang tanduk
raksasa.“
Pada dadanya yang waswas
Ina memintal lagu lawas
menenun kwatek
“Kupasang karya pada dadamu.“
Ina seceria langit
III
Setelah cerita perampasan usai
masih juga kita bersikukuh
:mempertahankan kemenangan Ama.
kita mengungkapkan takdir
atau. Mengubahnya. Tak!
di kepala masih melekat kemenangan
sementara kita menggigil
ketika cinta melesat
masih ada sepasang tanduk raksasa.
Alak
Kabung
mari kita berkabung
menurunkan bendera setengah tiang
Indonesia baru menembak pahlawannya sendiri
bocah kecil yang ingin memanjat bendera
Walikota
Percikan Api Naga
ibu menggeligis percikan api naga
dari dua belas bintang kejora
bau laut, Stellamaris.
dari dentingan samudra
memperanakan Putra Allah
penguasa langit, bumi
Maria menjinak kekejaman manusia
melunakan birahi ambisi peran
ia datang atas undangan surat modern
tapi, Putranya menemukan jalanan becek
linangan darah mungkin akan terus bertambah
“ibu, Aku kalah,“ kataNya.
lalu Maria membiarkan percikan api naga membesar.
gelap kian meraja
Alak
Kunang-kunang
Tuhan menjelma kunangkunang.melewati belantara waktu panjang, jarak terhitung dari tahun cahaya.
pendar kuning redup
isyarat Tuhan sedang mengendap-endap mendekati
menara
yang dibangun dari kefanaan raga.
Tuhan adalah kunangkunang
memelesat mil cahaya sepinya malam
dari kegamangan beribu suara semesta.
Tuhan sedang mentranformasikan diri,
memetaforakan alam.
Tuhan adalah cahaya bebas,
menyusup jauh dalam hikayat tubuh.
menemukan lekuk terbaik.
melihat pendar cahaya yang membawa berkah.
siapa ingin menjadi kunangkunang terbang bersama
cahaya Tuhan?
atau tetap menunggu sampai cahayanya
meredup dalam menara dingin raga.
Alak
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Jemmy Piran
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Media Indonesia” pada 29 Maret 2015