Sesudah Api – Armend dan Newton – Armend dan Hawking – Armend, Kenapa Ada Newton dan Hawking?
Sesudah Api
1/
sesudah api lesap pada fragmen malam, kesendirian bagai mencengkeram kuduk diam-diam
doa-doa menggantung langit-langit ruang
dan seorang perempuan meringkuk semenjak petang
“Wahai hantu dari hala selatan
usaikanlah kembara–gentayanga di jiwa perempuan bimbang
carilah jiwa lain yang kukuh bagai trembesi
yang luput dicicipi gergaji tebang”
teriak perempuan dalam hati
namun api telah meliukan diri sebelum padam, jiwa perempuan itu tak pernah usai mengutarakan dendam
2/
sesudah api undur diri
lepas nyala
jelaga seketika menyongsong mata
doa-doa perempuan berjiwa bimbang
berhambur dan terbang
menyelinap di kisi ventilasi
melesat menuju hitam cakrawala
seentara malam semakin tinggi
perempuan itu menggigil dan menerka-nerka
kegelapan lain yang tak lagi bisa dinujum mata
Armend dan Newton
andai Newton tidak ada Armend
apa langit akan begitu lengangsaat kita naik?
:tubuhmu menjadi gerimis pohon pedati
atau justru menjadi sepotong rambu di tengah hutan?
:dalam karung pesan yang terhempas palang bukit
andai Newton tidak ada
kita akan bertanya
di mana tembok yang berdegung uap?
saat tubuhku cemas dalam canang jejak dupa
tertinggal bau tanah
selepas malaikat menengok, seusai hujan
Armend dan Hawking
andai Hawking datang membawa bunga
dengan kursi roda di kedua kakinya
kita mungkin akan tetap berbelanja di plaza
seraya menimbulkan suara, saya belanja maka saya ada
atau mungkin kita tetap berdansa berdua
seraya mengucap ikrar, kami berdansa maka kami ada
tanpa menghiraukan penguasa angin selatan
berbayang di leher roda pedati
mengiirmkan dua camar buta ke mataku
ke sungsum tulang punggung dan berpesta debu-debu
interval cinta kita
Armend, Kenapa Ada Newton dan Hawking?
Armend, apa kau ingat?
derka peluit panjang abad Newton
membekukan air nata di pipi basah
menjadi tangan dari jendela di jantung
telanjang di depan kaca
dan menjadi bibir panas yang mabuk
galaksi pesona
Armend, saat itu Hawking datang bersama kita
menyibak gordin
meledakkan dunia berupa mesin raksasa
rahasia pelik dibebankan peradaban
masa kecilmu
seperti bayi di sudut sempit tubuh
juga serupa getaran mengerikan yang lupa
kujemput
Armend, di manakah aku harus memasang ukiran kelam
yang berangsur tenggelam menjadi debu?
Newton dan Hawking sepakat tak mau bicara
keduanya menempel di udara
padahal aku ingin bertemu menangis di rambutmu
dan hanyut
*) Kinanthi Anggraini, lahir di Magetan, 27 Januari 1990, aktif di Komunitas Bait Petir, Garut Selatan.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Kinanthi Anggraini dan Kurnia Hidayati
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Pikiran Rakyat” pada 12 April 2015