Terlempar
Mulanya bunga
lalu batu, membelukar di jiwa
Melemparmu jauh ke lorong
sembilu.
Kudus, 2015
Jangan Biarkan
Jangan biarkan sepi jadi benci
sebab ombak yang menggemuruh di hatimu
senantiasa mengabarkan laut tentang hati ibu
yang berisi kasih sayang
Jangan biarkan waktu jadi batu
kan
makna cinta lewat bahasa rindu yang menderu
di kalbu
Jangan biarkan air menjadi api
atau api menjadi air, biarkan keduanya saling ber
cumbu
dalam bening dan nyala hening doa-doamu
Jangan biarkan dirimu
menjadi batu!
Kudus, 2015
Peradaban Batu
Peradaban telah membatu
kerasnya ada di setiap kata dan kalbu
lihatlah orang-orang mengunyah dirinya
nafsu!
Kudus, 2015
Siluet Pertanyaan
Siapa yang membantai usia dengan kata!
siapa yang menghukum diri dengan mantra!
siapa yang lupa dengan janji-janji! siapa yang takut dengan kebenaran!
Siapa dirimu sebenarnya?
Kudus, 2015
Hutan
Hutan tanpa pohon betapa gersangnya
menyayatmu
Angin di desamu bukan angin hutanku
burung-burung terbang pergi entah ke mana
terusir asap dan debu industri
Kudus, 2015
Jumari HS, lahir di Kudus, 24 November 1965. Ia pernah membacakan puisi-puisinya di Universitas Hankuk, Seoul, Korea Selatan, 2012. Buku puisi tunggalnya Tembang Tembakau. Kini sedang merampungkan novel Semut-Semut Menembangkan Gelombang.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Jumari HS
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Media Indonesia” 19 April 2015