Telaga
dalam kesepian senja, kupandang
telaga; permukaan seakan diam
tenang angin tak menggoyang;
perlahan kau mulai kulupakan.
dari telaga, seperti ada yang
melambai-lambaikan tangan,
dan sepoi-sepoi ada suara, kemarilah;
serasa aku mengayun ringan, menceburkan
diri di telaga;
azan berkumandang, ternyata aku masih berdiri
di bibir telaga.
2015
Tubuh Membatu
telah kubatukan tubuh
tetes-tetes embun cinta
melubangiku
2015
Cuaca
tersihir cuaca musim pancaroba
tubuh bercerita tentang luka
2015
Tak Lagi Utuh
diriku dipisah-pisah
oleh masa lalu, masa kini
dan masa depan
2015
Dalam Bayang Rembulan
kata bercahaya dalam bayangan rembulan,
menari dalam gerak sandi sambil menyanyikan
rasa rindu.
2015
Jalan Cinta
di jalan cinta
kita berjalan
sambil mengisap madu
2015
Perempatan Jalan
kesepianku kujadikan sesaji di
perempatan jalan.
2015
Paha
mencari kata
di sela-sela
pahamu
2015
Merupa
ada yang merupa
di kabut senja
2015
Dharmadi, penyair, lahir di Semarang, 30 September 1948. Ia menulis puisi sejak 1970. Buku kumpulan puisinya, antara lain Kembali, ke Asal (1999) dan Dalam Kemarau (2000).
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Dharmadi
[2] Pernah tersiaar di surat kabar “Media Indonesia” pada 17 Mei 2015