Sajak-Sajak Buruh – Jelang Eksekusi – Pukul 13.30 – Pertemuan
Sajak-Sajak Buruh
buruh berjalan beriringan
membawa sepucuk harapan
diikuti ribuan bendera kebangkitan
bahwa hidup layak berbenah
sementara nyanyi merdu
sejenak menghiburnya
di antara kobaran api, bersemangat
membakar siang itu
diambillah sebungkus nasi untuk membungkam
cacing-cacing usus yang mulai protes
buruh terus berjalan beriringan
menggelar mantra dan doa
lalu sampai kapan ia akan berhenti, entahlah
karena di situlah nasib akan ditentukan
Jelang Eksekusi
berawal dari detik
beranjak ke menit
kemudian merujuk ke jam
pada hitungan pertama
dia membayangkan neraka
hitungan kedua
dia membayangkan surga
hitungan ketiga
dia sudah pasrah
ah!
Pukul 13.30
mula-mula ia ragu
adakah kehidupan baru
pada mimpi-mimpi kecil
sebab napasnya telah akrab dengan
udara kota yang hitam dan menyengat
Pertemuan
kepada Eka Anugrah Pratiwi
setelah lima tahun, akhirnya
kita kembali bertemu
bermain seperti masa itu
tetapi, kau masih tampak kaku dan sedikit ragu
saat kubeberkan dongeng-dongeng kehidupan
nyata
seperti katamu
kota kita telah berubah dan berbenah
kita sempat tak mengenal patung singa
di pojok-pojok kota banyak berdiri mall
dan gedung baru
bahkan rumput ilalang pun
kini tumbuh jadi tugu reklame
dan cinta kita
: ikut terkubur di bawahnya
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Gayuh R Saputro
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Media Indonesia” pada 21 Juni 2015