menjelang selat
menjelang selat
aku riang-riangkan diriku
membayangkan bakau
angin yang tertahan dikulum sungai
lalu jangkar pun menggelinjang
coba memahami layar
yang mengembangkan pulang
ke pangkuan pantai
akankah
akankah kita biarkan semuanya ini
bergerak laksana arus
tiba di tikungan membelok jalan
sampai di suak memecah pasrah
persetan dengan lembah dan segala arah
membuat pusar berpindah-pindah
sedangkan muara adalah helah
menghindari hulu
yang kepada tanjakan
tak akan mungkin ia mengalah
mewaspadai kata-kata
dengan seribu sepi
akhirnya engkau pun tahu
kata-kata bukanlah seperti yang kaubayangkan
sebagai bayi dengan mata bulat cemerlang
pipi empuk mengundang riang
tetapi perjuangan menahan senyap
dengan segenap sebab
pun seluruh akibat
yang merdeka bahkan bagi dirinya sendiri
seusia warna sebesar hasrat
Taufik Ikram Jamil tinggal di Pekanbaru, Riau. Buku puisinya yang terbaru adalah tersebab daku melayu (2015) dan What’s Left and Other Poems (2015), sebuah antologi tribahasa.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Taufik Ikram Jamil
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” Minggu 8 November 2015