Sakratulmaut – Soneta Sudah Mati – Pujangga Calzoum
Sakratulmaut
alangkah lama kita tak pulang
menempa rempah ditampi rumput
lalu bertanya moyang gelombang
apakah kau masih seraut laut?
suaramu sekian batu bersurat
tanganmu seranggi jawi merawi
darat tergurat huruf dal-ra-ta
samudera jua kau ruwat derita
kau elu minyak bumi di hulu
ikan-ikan nyingkir terlimbah hilir
tinggal rengkah tanahmu kini
diperah darah kaum petani
zalim gergaji pohon disembah
rahim sungai dulu kau bantah
siapa yang lupa mengetam diri
lukalah ia akan baham bahari
kaudesak-desak limbung rakyatmu
jangan memunggungi teluk karunia
kauusap-usap airmata bangsamu
tangismu cekungan susuk kornea
maka syahdan di simpang jalan
kau kubur hutan sebelum tuhan
gagap membajak sawah berkabut
kau ungkap lanun dan bajak laut
alahai bingkas kapal thailand
nyiru beras mereka tadahkan
kau sangka laut yang terbujuk api
rakyatmu membusuk dalam padi
2015
Soneta Sudah Mati
soneta sudah mati eci
dengkurmulah tabiat puisi
memejam di luar gemuruh di dalam
embun merangkum badai semalam
soneta telah pergi eci
gemetar jemarimu menjadi baris
bebas kukarang selarik lili paris
kain-kain rindu lucuti sepi
angin datang dari kaf
menggoyang benang nadi
helai demi helai paragraf
hidupku dicukupi kecupan eci
seniskala debu senirmala waktu
mampir bibirmu di sampiran mautku
2015
Pujangga Calzoum
tiga hari ngeri
tiba lagi nyeri
senin ke rabu ia menunggu
menyalin jerebu
bandara pekanbaru
salawat berkabut
di bawah misainya panjang
pesawat takut
membawanya pulang
dihayunnya kapak
dihayunnya
tapi pohon dan hutan
telah tiada
yang tinggal jerih
yang tanggal repih
asap mengisap lebat
landasan nisan
menampung sisa bara
para penumpang
hanya malaikat
anggun mendarat
menyela kata
lamun kalsium
pujangga calzoum
ditakiknya mahamantra
ditakiknya
bahkan maut
yang seronok nyanyi berdentam
di pokok gambut dan sekam
tak
cam
ngancam
2015
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Ramon Damora
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” Minggu 3 Januari 2016