Sungai di Kampung Halaman – Aku Ingin Pulang – Di Dalam Gerbong Kereta Api
Sungai di Kampung Halaman
Di sungai ini masa anak-anakku
membayang kembali dengan telanjang
menguras getir rindu dari hujan dan matahari
lalu waktu yang pucat menariknya ke dalam
gema sunyi di sanubari paling murni
Di sungai ini juga kutemui lagi petani
yang kurus, bermandikan bunga sampah
plastik yang mekar dengan irisan warna
dendam, setelah menggembala kerbau
Di tanah lapang yang mulai padat
ditumbuhi perumahan hijau
sungai kini demam termangu sendirian
muka dan matanya merah padam
ketika magrib menjelang, dengan perasaan
sedih bercampur kesal dikutuknya semua
keindahan lewat derai tangisan
yang mengucur kelam
Waringinkurung, 2016
Aku Ingin Pulang
Demi rumah, kuketuk lagi hatimu
tangan matahari memetik bunga layu
di ladang penggusuran. Suara buldoser
dan mobil truk mengubur harapan
mengubur kesetiaan yang tergadaikan
Aku ingin pulang, gumam masa lalu
dengan nada setengah sumbang
mukanya masam dan perutnya
menekan ke dalam
Tetapi di jalan-jalan kendaraan
telah macet, toko-toko baju
dan makanan menghadang
dengan badan tegap dan raut
muka sombong
Aku ingin pulang, diulanginya kata
itu sekali lagi. Dengan geram
toko-toko baju dan makanan
melemparkan pukulan d
an dahak kemukanya
yang masam
Kini masa lalu terlunta-lunta
di jalanan. Tak punya teman,
tak punya pegangan
Serang, 2016
Di Dalam Gerbong Kereta Api
Teramat dingin kaca jendela kereta api
ini bercerita. Di sepanjang perjalanan
menuju kampung halaman, sepi beranak
pinak di dalam hati. Sepi beranak
pinak di dalam mimpi
di kejauhan ladang dan sawah
telah menyala dengan lampu berwarna
keasingan menjadi selimut dalam
pikiran. Kudengar juga pohon
jagung mengeluh pada angin
setelah pabrik di sebrang
sering kali menghardik
dengan nada nyinyir
kereta terus melaju memaknai
waktu, dan aku memilih diam
saja sambil termangu-mangu
Serang, 2016
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Abdul Salam HS
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Media Indonesia” Minggu 24 Januari 2016