Kepada Ibu
di batu nisan namamu mengabur
berlumut nyaris tidak terbaca
di hatiku namamu tak pernah pudar
kusebut selalu dalam zikir semesta
di batu nisan ada beberapa baris puisi
entah kukutip dari karya pujangga siapa
di hatiku menggema ayat-ayat ilahi
untukmu aku terjaga dalam doa
di pusaramu aku tertunduk sendu
dalam hening senja di pekuburan
di kalbuku mengalir deras air mataku
aku ingin menggapaimu, ibu, aku ingin…
2015
Rindu Dendam
ada beberapa patah kata
terucap antara kita
selebihnya hanya diam
menyimpan rindu dendam
memang ada jarak
terbentang antara kita
kangen hanya bikin nelangsa
masa silam pun mengerak
ada beberapa kenangan
terukir antara kita
selebihnya hanya sepi
ah, menahan perih hati
2015
Keberangkatan
jenazah pun diberangkatkan siang itu
bersama doa-doa menggores cuaca
ada yang hilang dalam diri kita
ada gerimis tipis tertabur sendu l
angit pun muram dan matahari menepi
siapakah itu yang menangis tertahan?
betapa fana dunia, begitu singkat kehidupan
betapa mendadak maut, Tuhanku, begitu cepat
ia pergi
2014
Isyarat
selembar surat tak terbaca
sebait puisi tak selesai jua
ilham tak menjelma kata-kata
isyarat dan tanda tak teraba
2015
Hujan Dini Hari
hujan pun mulai luruh
ketika menjelang subuh
jam weker pun bergetar
ada kabut mengendap di luar
angin mendinginkan tubuh
sepi merapat ke jendela
cemas pun mengeras tiba-tiba
engkaukah menembang megatruh?
kota pun basah dini hari
sesekali ada kendaraan melintas
bayanganmukah bergegas
menyeberangi jalan sunyi?
2014
Bintang Jatuh
lewat tengah malam
kulihat bintang jatuh
lenyap entah ke mana
apakah ini satu pertanda?
pada gelap dan kelam
misteri tak teraba sampai jauh
lewat tengah malam
kulihat langit jernih
dan sepotong bulan sabit
sebening parasmu bersih
sebening katamu kalam
wahai, sebening kasihmu terbit
2014
Sajadah
di sajadah sujudku lama
di sajadah sujudku samudera
di sajadah sujudku air mata
di sajadah sujudku cinta di sajadah sujudku kata
di sajadah sujudku cahaya
di sajadah sujudku mutiara
di sajadah sujudku permata
di sajadah sujudku doa
Allah, Allah, AllahÖ
2015
Titik
titik tanda kita berhenti
namun tidak pernah bisa
kita justru suka pada koma
sabda penyair tak kunjung usai
2014
Gunoto Saparie, lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Selain menulis puisi, juga mencipta cerita pendek, novel, kritik sastra, termasuk artikel tentang ekonomi, politik, dan keagamaan. Bersama keluarga tinggal di Jalan Taman Karonsih 654, Ngaliyan, Semarang 50181
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Gunoto Saparie
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kedaulatan Rakyat” edisi Minggu 6 Maret 2016