Demi Bayangmu – Igau – Kabut – Kau Mengukur Jiwamu – Serenade Malam – Dua Jiwa Disatukan Semesta
Demi Bayangmu
demi bayangmu yang lekat
entah puisi apa mampu kugurat
senja tiba tertatih di berandamu
mengiringi langkah letihku
kau resah meraih aksara demi aksara
tepi-tepi mimpi kelabumu
risau serupa halimun danau
siapa mampu menerka segala peristiwa
nujuman apa merasuki langkahmu
menjadi penyair ketika segala aksara
raib di hingar bingar mayapada
malam begitu terburu kelam
aku pun sirna di jelita matamu
lalu kan tiba matahari baru
angankan puisi sejatimu
Igau
senja di gang-gang kota
paripurna tanpa senyummu
kau berlalu seperti masa lalu
sebilah rahasia menggigil
dalam dingin udara juli
sarang telah lama usang
hanya kenangan membayang
di urat leherku
tak lekang dari parasmu
mimpi jadi serpih gerabah
aku menjaga senja
dalam bening botol arak
ini pertaruhan terakhir
serpih sumpah serapah
dan keping-keping puisi
menebar teluh dan kutukan
wajah-wajah dingin melintas
menyempurnakan waktu kematian
tak ada yang pasti
dan aku terjebak tanpa sisa
Kabut
kabut riang menari
di langsat kulitmu
bulan rebah
di geliat pinggulmu
segala cuaca menyusup
ke dalam igau demi igau
hutan-hutan basah hujan
ranggas daun
kau puisi
sejati puisi
aku hilang kata
sirna makna
kabut dan hutan
menjelma impian
di mata kanak-kanak
benih akan kembali tumbuh
di rahimmu yang merindukan cinta
hutan-hutan tropika
membayang di bening jiwamu
Kau Mengukur Jiwamu
kau coba mengukur jiwamu
entah di mana kedalamannya
matamu memeram sisa malam
musim bunga akan kembali tiba
taman-taman membuka rahasianya
alunan genta dan taburan doa
upacara-upacara mendedah jiwa
tuhan pun mabuk kata-kata
langit memberi restu
puisi demi puisi lahir
letihmu mekar di ujung pagi
halimun membasahi dedaun
Serenade Malam
malam mengelus
bahumu putih mulus
waktu yang merayap pelan
hampir tergelincir di situ
kau meraba pergelangan tanganku
meyakinkan darah mengalir
lebih deras dari biasanya
aku hanyut dalam arus deras darah
di tubuhku sendiri
arus deras dari sungai-sungai purbani
yang berpusaran di dasar lingga
malam mencium keningmu
membelai rambutmu
nadiku berpacu
ubun-ubunku menyala
segala yang rahasia
membuka diri perlahan
kelopak-kelopak padma merekah
benih-benih embun tercurah
tanah basah…
Dua Jiwa Disatukan Semesta
cahaya senja menyepuh
pepucuk pohon cempaka
bayangmu merekah
di ubun-ubunku
kau tiba dari tiada
menjadi ada
menjalani garis karma
semesta selalu tak terduga
meski kita berada
dalam lingkaran yang sama
begitu akrab, begitu dekat
siapakah kau, siapakah aku
hanya semesta yang maha tahu
ke manakah kita, mau apakah kita
hanya semesta yang maha rahasia
kita, dua jiwa
yang disatukan semesta
bergandengan tangan
menari riang di taman rahasia
menjelajahi langit warna ungu