Dalam Doa I – Dalam Doa II – Perjumpaan Pertama – Perjumpaan Kedua – Tanya – Masih Tanya – Tentang kalah II – Episode Puasa 2 – Doa I – Doa II – Nyanyian Ganda
Dalam Doa I
Tidak ada jeda meski kadang signal terputus
Tidak ada lelah walau peluh telah memerah
Mulut terus berucap dalam lafal
jelas sampai menjadi gumaman
Mata perlahan-lahan menitikkan air mata
Tidak ada bosan
Tidak pernah tidak untuk tengadah
sambil mengangkat tangan
Tangis membasahi pipi sampai ke baju
Tidak ada bosan
Tidak pernah tidak untuk tengadah
sambil mengangkat tangan
Tangis membasahi pipi sampai ke baju
Masih selalu sama yang
dinanti, jawaban-Mu
Sby. 0713- 16
Dalam Doa II
Segala pinta dalam daftar teramat panjang
Satu per satu bagai peluru
menghunjam tepat ulu hati-Mu
Semua dalam ruang tunggu,
menanti anggukan-Mu
Sby, 0713 – 16
Perjumpaan Pertama
Aku di langit sambil menebarkan berkat
Sedang lainnya tengadah penuh
suka cita untuk disakukan
Mengenyangkan jasmani, belum Ruh-nya
Sby, 0713 – 16
Perjumpaan Kedua
Air mata laksana bah, dan aku
tengadah, tak juga kalian tengok
Seperti perjumpaan pertama,
asa ini kalian tengok
Karna kini aku ada di landasan
hampir di titik sekarat
Sby, 0713 – 16
Tanya
Irama menghentak, syair mengalun
Saat aku menangis mencoba
bersyair kembali,
melafal berulang-ulang
Dalam gagapku yang tak Kau dengar?
Sby, 0713- 16
Masih Tanya
Berebut cahaya yang Kau curahkan
Tak juga teraih meski aku di baris terdepan
Sampai batas ibadah usai
: aku pun bungkam dalam
tanya tanpa jawab
Sby, 0713 – 16
Tentang kalah II
Haruskah darah yang mengalir
di nadi-nadi luar begitu liar
tusuki pori-pori, bernanah
bukan sakit yang dirasa
tapi jadi nikmat dalam erang
agar kenal, inilah hidup
tak harus menang terus untuk jadi lakon
juga tak harus kalah untuk bisa menang
hidup memang bukan main kartu
Sidoarjo, 11 – 16
Episode Puasa 2
Ini bukan bagian dari rangkaian cerita
sudah lepas dari skenario?
halaman-halaman tak menuliskan kisah
yang masih tak berubah dari perputaran
waktu, entah berapa purnama
tetap bisa bertahan pasti karena-NYA
Sebuah realitas, memang tidak ditulis
sendiri
segala episode mengalir
masih tak bisa makan. karena tak pernah
terbeli
saku tak pernah terisi
segala keringat tak menetes,
telah mengering
Tanpa pembuka, tanpa penutup
sebagai penanda mulai menahan lapar
kemudian saat melunaskan rasa lapar
sungguh, tanpa semua itu
lapar yang terjadi memenuhi hari-hari
tanpa jadwal yang bisa dikompromi
Tak bisa kusudahi puisi ini
karena geliat hati dan perut
sama-sama tak kompromi
Sby, 2016
Doa I
tanpa bahasa yang ada di muka bumi
saat ucap ini tembus dada-Nya
dan jawab itu, sejuk di darah
Sda, 04/05 – 11/16
Doa II
menghadap arah-Mu
jadi legaku
Sda, 4/05 – 11/16
Nyanyian Ganda
Selalu terdengar sumbang,
dalam nada kembar
Membagi rasa demi rasa ke
nadi dan ruh, melepas
yang dicari adalah cinta –
ada tangis ataupun tawa,
mengisi ruang sukma
hentakannya patah-patah
dalam sengal nafas
hanya renung tembus waktu bersekat –
tiap not melepas sama masuk
gendang telinga
meruang dan tak pernah
lepas, semayam di dada
ada nikmat, teramat nikmat
disuguhkan waktu tak terbaca –
tak lagi fals, meski ditembangkan
sendiri, maupun dalam koor
meramaikan lepas waktu mengejar hasrat
segala bentuk teriak yang
dimaknakan nyanyi
mendayu agar sampai pada-Nya
(ya Tuhan, yang ada selalu
kekalahan demi kekalahan
dalam masa bersamaan, tanpa jeda)
Sda, Mei ’05/11-16
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Tan Tjin Siong
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Jawa Pos” edisi Minggu, 15 Mei 2016