Malam-Malam di Semarang – Siang-Siang di Gondomanan – Malam-Malam di Bekasi – Pagi-Pagi di Surabaya – Sore-Sore di Malioboro
Malam-Malam di Semarang
Ada yang tak bisa kulupakan saat malam sangat
oanas
Siapa menggoda udara di saat seharusnya mimpi
tiba?
Segala yang silam hadir kembali sebagai beban
yang harus dipikul nama-nama
Ada barisan luka mendentangkan cemas esok
hari
Akankah badai utara datang membelokkan per-
jalanan musim?
Siang-Siang di Gondomanan
Gang, seperti nujum hari
Bekerja dengan sepi
Langkah waktu, anak-anak menuju
Lapangan ilmu
Orang tua, dengan dagangan di tangan
Menitipkan kata di warung
Ketika saat berdoa tiba
Mirip kupu-kupu putih
Mereka melampai duka.
Malam-Malam di Bekasi
Pada hari libur
berita-berita tetap berdatangan
masuk kamar
merusak musik abadi dinding
menjatuhkan kesempatan
untuk menghirup
wanginya sunyi
tenryata hutang
menggilas batas benua
Pagi-Pagi di Surabaya
Kuingin surat cinta
Datulis kembali
Dikirimkan kembali
Dibaca kembali
Menjadi permadani
waktu.
Beratnya kata-kata
Biarkan mengapung
Di antara kota
Dan tanda tanya
Nasib
Abadi.
Sore-Sore di Malioboro
Pohon-pohon besar dari ingatan
masih menaungi percakapan
atap-atap toko menegaskan langit
bahwa waktu masih ada
Ayo mengembara dalam makna
dari Ngejaman sampai utara
meski petarungnya berbeda
jangan lupakan rasa sakitnya sama
“Gaduhnya dunia belums seberapa
dibanding lomba warna dan gerakan
sunyi disini.”
dahaga yang pernah silam
kini berbisik lagi.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Mustofa W Hasyim
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kedaulatan Rakyat” edisi Minggu, 15 Mei 2016