Rinduku Pada Rindumu – Tulang Rusukku – Hati Senapas Umbu – Seperti Berhenti – Bara Paling Cinta
Rinduku Pada Rindumu
Rinduku rindu angin pada napas,
menujumu deru ronin yang gegas.
Rinduku rindu api pada nyala,
bersumbu nyali untuk segera jumpa.
Rinduku rindu siang pada malam,
padamu berpulang rahasia terdalam.
Rinduku rindu tanah pada hujan,
selalu aku tengadahkan harapan.
(Kayu Agung, 2006)
Tulang Rusukku
Pada mulanya,
cinta adalah kegaiban rasa.
Pada akhirnya,
kita jadikan keajaiban yang nyata.
Pada mulanya,
rindu adalah kelemahan kalbu.
Pada akhirnya,
kita jadikan kekuatan ‘tuk menyatu.
Aku adalah tulang punggungmu,
engkau adalah tulang rusukku.
Aku mengarah pulang padamu,
engkau mengarah datang padaku
(Solo, 2014)
Hati Senapas Umbu
Semakin hari semakin aku
tidak percaya kekuatan cinta.
Sebab, justru jiwa ragaku
melemah sejak merasakannya.
Semula puisiku sekeras batu,
setiap baitnya serupa mantra.
Akhirnya hatiku senapas umbu,
setiap sakitnya serasa tantra.
Jangan harap bisa kau baca
kecuali dengan berisak airmata,
sekejap kemudian kau cipta
maligi tak berjarak bagi yajna
(Banyuwangi, 2015)
Seperti Berhenti
Di dalam cinta, tidak ada masa.
Di dalam rindu, tidak ada waktu.
Seperti berhenti, padahal abadi.
Di dalam cinta, tak ada yang maya.
Di dalam rindu, tak ada yang palsu.
Seperti imajinasi, padahal sejati.
Di dalam cinta, yang ada segera.
Di dalam rindu, yang ada terburu.
Seperti pergi, padahal kembali.
Di dalam cinta, bukan tak ada asa.
Di dalam rindu, bukan tak ada ragu.
Yang kaurasa sepi, sungguhnya ramai.
Di dalam cinta, tak ada rekayasa.
Di dalam rindu, tak ada harubiru.
Takkan selesai, yang t’lah kaumulai
(Surabaya, 2015)
Bara Paling Cinta
: aku mencintaimu seperti api
menjalar mengikuti nadi,
meliuk ke setiap lekuk ragawi,
menyentuh yang paling inti,
dan semakin tidak terkendali.
(Malang, 2016)
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Candra Malik
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” Minggu edisi 8 Mei 2016