Musik Malam – Kunang-Kunang – Gerimis Subuh – Lanskap – Potret Keluarga
Musik Malam
masihkah kaudengar musik malam
menggema pelan di ruang tamu?
mengalun merayap ke dalam kamarmu
di luar: hanya suara-suara kelam
adakah kaudengar bisikan kalbu
menggema pelan di relung dadamu?
adakah kausimak senandung duka?
wahai, terpantul di tembok-tembok duka
2016
Kunang-Kunang
ada ribuan kunang-kunang di kegelapan
di tepi sungai, di rerimbunan pohon bambu
ditingkah suara serangga malam bersahutan
dalam remang cuaca pedesaan masa kecilku
ada ribuan kunang-kunang di persawahan
ada risik sayap cengkerik dan belalang
namun di langit abyor jutaan bintang
kucari terang, Tuhan, di kelam malam
2015
Gerimis Subuh
gerimis menyapa bersama azan subuh
dedaunan pun basah berlinang berpeluh
ada kokok ayam jantang menguak kabut
ah, seraut kenang wajahmu bersujud
ketika sepenggal ayat mengalun rawan
ketika kau pun memanggil-manggil namaku
o bunda, mengapakah aku alpa berwudu?
mendadak masa kanakku terbayang-bayang
gerimis menderas sampai fajar merekah
angin pun mendesah dari lembah
ada yang membaca surat fatihah
terbata-bata dialamatkan kepadakukah?
2016
Lanskap
bukit di kejauhan mengabut jua
hibuk kelelawar di pepohonan
seketika memias sepotong bulan
dalam temaram langit senja
betapa dingin angin pegunungan
udara membeku dan mengertap
seketika semerbak aroma hutan
ada bisik dan percakapan mengendap
benarkah berkabar musim kemarau
dari balik gunung menjulang itu?
aduh, suasana sunyi purbani di hati
lengang senyap jalanan dalam abstraksi
2016
Potret Keluarga
potret keluarga itu pun memudar
kusam di dinding rumah limasan
ada gunoto kecil tersenyum lebar
diapit ayah dan ibu penuh harapan
potret kabur itu pun membangun kenangan
tentang kasih sayang, luka, dan takdir
tentang isyarat, maut, dan keyakinan
dongeng memang hanya mimpi penyair