Doa – Usia Merenta – Malam Lebaran – Gelegak Hujan – Pada Mata
Doa
Kalau pun terang telah menyiapkan siang
Diam-diam awan sembunyi dan butiran udara menepi.
Sungguh, cuaca kian mendekatkanku pada rindu
Pada padang gersang kusisakan satu-dua ilalang
Menunjuk langit menebarkan aroma sangit.
Dan membakar wirid kata yang gemetar
Selangkah menuju subuh
Hilang segala keluh. Pasrah diri sepenuh.
Ruh dan tubuh menyatu utuh
Malam belum jadi suluh.
Rembulan tinggal separuh.
Doa mengucur dari ruh.
Mengaliri sungai nadi
di sekujur tubuh. Di hadapanmu
segala luruh
Berjalan meniti sepi
Dalam lelap. Tanpa buih mimpi.
Luluh tubuh dalam jiwa lesap.
Di sekujur ruang Abadimu
Usia Merenta
Sebatang anak panah gelisah
Padahal ia sudah berkemas
di busur gagah tengadah
Arah sudah dihitung
sesuai angin lengkung
Hanya dengus berembus
Serangkaian nadi mengirim nada
sunyi. Seperti sungai berteriak nyeri
Seperti waktu tenggelamkan laku.
Malam Lebaran
di ranjang, takbir terus mengalir di luar dinding
Terlalu banyak keluh. Bau ruh
di sepanjang lorong menyisir ruang
Seperti denting jarum jatuh
bergantian menusuk kulit. Hilang sakit
Terlalu banyak harap. Jam singkap
Saat bezuk doa-doa terungkap
Siapa berdiri di kaki ranjang
Berulang meniup namaMu. Riang
Sayapnya lembut bagai sutra
Mengusap dagu hingga beku
Di luar lebaran mengalir tak berakhir.
Gelegak Hujan
Tak ada yang lebih hunjam dari sekian kemarahan
hujan
Langit melempar gelap. Guruh tak segan menggun
cang awan lebat
Hingga air jatuh dari mata para pengawal senja
Tak ada yang lebih suara dari dentum langit murka
Kau tutup muka dan tak kau biarkan barang sekejap
menyebut nama orang-orang kehilangan muka. Mata
dan muka sudah lama tak bersapa
Tak ada yang lebih meluap dari kekecewaan tebing
yang dilongsorkan bah hingga tanah hilang marwah
Menjadi lumpur mengabaikan sumur
hingga tak lagi ada kata yang saling tawur
Tak ada yang lebih sajak dari sebuah gelegak
yang menyer ombak di geladak.
Pada Mata
Pada mata yang tak lagi berkaca-kaca
Bayang mengendap memilah kata
Pada mata yang menandai bijak kata
Makna mengudara meremas tanda
Pada kaca yang tak memindai mata
Harap cuaca sisihkan duka
Pada nada tak bermata
Suara tak lagi bertanya.