Buku
Terima kasih telah kau tata kata-kata
Di tubuhku
Terima kasih telah kau pindah isi kepalamu
Di luar tubuhmu ke tubuhku
Kini aku berdiri sunyi
Hingga saatnya nanti
Sepasang mata hangat
Menatapku dengan hasrat
Dan di dalam kepalanya
Sepasang matanya akan
Membayangkan sepasang matamu
Yang telah melahirkanku dengan berat
Cimahi, 2016
Sebuah Makam yang Tak Terawat
Seperti taman yang dibelit belukar
Makam ditumbuhi puring kamboja
Dan kedasih yang menemani
Nama-nama yang dipahat di nisan
Makam tanpa juru kunci. Sarang laba-laba
Memenuhi pintu masuk seperti menyaring
Serangga seperti menyurung angin perlahan
Tak ada yang mesti dirawat jika badan
Telah dibaringkan jika tubuh telah ditanam
Di taman yang dibelit belukar dan sarang
Yang menyaring segala kesepian
Gombong, 2012-2016
Penjual Jam
Di toko besar penjual jam
”Apakah toko ini menjual waktu?”
Pemilik toko diam ”
Apakah toko ini menjual baterai abadi?”
Pemilik toko diam
”Apakah tik tok semua jam seperti detak nadi?”
Pemilik toko diam
”Apakah semua jarum di sini seruncing maut?”
Pemilik toko diam
”Apakah toko ini sudah tua, setua waktu?”
Pemilik toko diam
”Apakah Anda bisa memperbaiki waktu saya
Jika kelak rusak?”
Toko seluas segala ruang itu senyap
Tak mau menjawab
Cimahi, 2016
Baper
Kadang ia datang tiba-tiba
Sambil menjinjing tas yang isinya
Butir air mata dan bumbu haru
Entah, tak jelas di mana rumahnya
Apakah di kepala yang rumit petanya
Atau di dada yang jelas-jelas
Tak jelas
Baper sukadiajak jalan-jalan sama
Tukang motivator, kadang ustaz, atau
Penulis yang hobi bikin keki, atau
dibuang sembarang di medsos dua ratus
Tiga belas kali dalma semenit
Jika datang di saat tepat, ia berbaju
Cahaya yang gampang pecah dan
Runtuhannyaa akan mengenai setiap benda
Kadang kami menghindarinya, terutama
Ketika asyik menyeruput kopi sambil
Menikmati puisi Jokpin, meskipun
Ya, ia rajin bertemu
Tanpa permisi lebih dahulu
Cimahi, 2016
Pendidikan
Pendidikan terbuat dari
Gerusan bahan kimia dan
Herbal dlama kapsul
Pendidikan bangun tidur
Menjelang siang. Ia tidak suka
Kopi dan selalu tergesa berangkat
Kerja
Ia berumah di kafe
Membicarakan buku dan film
Dan cengengesan ketikka
Membaca puisi
Ibunya adalah kardus tempat
Menyimpan benda-benda
Lama. Sepatu mereka berwarna
Langit. Tasnya tak pernah tersenyum
Pada anak-anak
Orang-orang rumah itu
Seperti obat pereda rasa nyeri
Seseorang kadang mengharapkan
Mereka datang cepat seperti
Makanan yang bisa dipesan
Lewat telepon genggam
2014-2016
Ulat
Ulat itu memakan daun
Ulat itu memakan daun
Ulat itu terus memakan daun
Ia tak mau bertapa
Ulat itu terus memakan daun
Tak ingin menjadi kupu-kupu
Ulat itu memakan seluruh waktunya
Dan lupa ia sedang di mana
Ulat itu memakan dirinya
Dan lupa arti diam bagi kehadirannya
Cimahi, 2016
Tongsis
Kenangan itu panjang, Tuan
Ia bisa dilipat dan dipanjangkan
Ia bisa melihat kita dari jarak
Yang diinginkan
Bersiaplah bergaya agar
Anda lebih berdaya
Menjadi manusia
Maka, caranya dengan memendekkan
Dan memanjangkan cara pandang
Kita yang pendek
Cklik!
Kenangan akan melahirkan kenangan
Dan suatu waktu nanti suka-suka
Kita bagikan pada sesiapa
Cklik!
Maka kita pun ada
Cimahi, 2016
Selfie
Selfie sedang sendirian
Matanya menatap mataku yang genit
”Apakah kamu tak pernah tidur, Selfie?”
Selfie berkedip saat bibirku manyun
Ketika aku merasa cakep dan anggun
Selfie selalu sendirian tapi ia terus bersamaku
Dan ia ada di mana-mana bersama siapa-siapa
Selfie lebih setia daripada janji
Ia setia pada satu wajah
Yang selalu menghilangkan satu atau dua
Tangan tuannya yang ditatapnya
Cimahi, 2016
Hasta Indriyana lahir di Gunung Kidul, 31 Januari 1977. Buku puisinya Tuhan, Aku Lupa Menulis Sajak Cinta (2003) dan Piknik yang Menyenangkan (2014). Sedang menyiapkan buku puisinya yang terbaru, Rahasia Dapur Bahagia.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Hasta Indriyana
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” Sabtu 1 Oktober 2016