Karawang Dalam Kaleng – Su
Karawang Dalam Kaleng
Aku berdiri di himpit pencakar langit
Tubuh beton itu makin menjepit
Kekuasaan timbun kemilau pangan
Puuck padi tumbuh di antara ilalang
Buaian melayang mencari tuan
Keluar dari corong besar menjulang
Mega meringis dikepul asap
Jerit karawang hantap kemewahan
Tangan-tanagn tengadah panjang
Kaki melepuh si miskin kelaparan
Receh tutup nanah darah
Makmur hanya surga tak pasti
Musafir sikut kerasnya aspal
Kaleng kecil hias lampu jalan
Harap tanagn turun datang
Lelah tiada, demi sebutir padi
Aku tau tugu etrpampang itu
Tugu tangan genggam padi
Aku tak tahu arti
Aku tahu arti kaleng kau beri
Kau Karawang
Amplop harapan kenapa kau tukar kaleng?
Kaleng terukir urat saraf
Sungguh indah, di mana kau belu?
Karenamu Karawang
Aku datang, punya kaleng indah
Karenamu Karawang
Air mataku kering tak sisa
Su
Bagaimana tak tercengang
Rembulan tertancap di atas siung
Silaunya pudar dijilat kumbang
Danau tertawa bahak
Sampai buih hasrat meluap
Runtuhkan saka alam penuh noktah
—
Kunang-kunang lelah menyinari bintang
Bintang tumbuh di hamparan danau
Daging terbungkus kulit berderet gelisah
Menjaga rembulan, tak dicuri mega durjana
Rakit menepi emncari mangsa
Moncongnya mengendus puspa kelana
—
Orkes lolongan jangkrik
Berpadu siulan gagak
Tembang karma menanti penoda
Gunung-gunung menari samba
Riuhan angin berpesta pora
—
Kleabu hangus di belenggu rembulan
Katak berenang mengitari danau
Mencari serpihan rembulan
Hilang terpahat garis khatulistiwa
Rembulan kumal,
Tak usah di rendam mata.
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Pikiran Rakyat” edisi Minggu 6 November 2016