Laut dan Bebatuan – Perempuan Penjahit
Laut dan Bebatuan
inilah kota beerpendar cahaya
tak ada gulita di langit ini
di bukit bebatuan neon menyala terang
seperti bintang berpijar menjalar
di lautpun begitu, perahu perahu
berderet memanjang penuh lampu-lampu
menjadi obor kegiatab para pemajang
pemajang berjuang di tengah ombak menghantam
dzikir, nafas ditarik perlahan
nama Tuhan tertanam dalam
dzikir, nafas dihembuskan perlahan
gelombang di hati tenang berlaunan
ikan-ikan datang
senyum kembang mengembang
satu-satu perahu mulai pulang
dari laut menuju bebatuan
Perempuan Penjahit
seringkali datang seorang perempuan
di tangannya jarum dan benang selalu dipegang
tidak ada kain akan dijahit
hanya tanya dalam dada sedang apakah dia
suatu malam bulan setengah gerhana
ia duduk di atas bayangannya sendiri
di bawah pohon kesambi sambil menyandarkan diri
perempuan itu menjahit hatinya sendiri yang penuh luka
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Nikris Riviansyah
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Pikiran Rakyat” edisi Sabtu 18 Desember 2016