Selat – Televisi – Dada Lelaki – Tafsir Puisi – Pasien
Selat
engkau berdiam
memutar malam
nyeri usia
sakit yang alpa
dan selalu ada selat
bagi cakap
telanjur jadi karat
pengap
semestinya masih ada peluk
ciuman bagi luka
sebelum cawan perih
terbagi di meja
aku di kapalmu
menanak tubuh
sebelum layu
tangerang, 2016
Televisi
akhirnya kau memilih menelusup dan masuk ke dalam
televisi. demam pada asmara telenovela. singgah dari
satu saluran ke lainnya. menyimak perubahan musim di
pelbagai dunia. meminum racun, senggama, atau anyir
darah dari berita. kau tertawa. layaknya pantomim,
menirukan gerak laku orang. bercakap apa saja.
dan engkau turut menyimak model kekinian. agar tak
dianggap kuno. wajahmu semakin cantik. terus
berbicara. mengejar jam tayang. dari kampung ke kota.
/2016
Dada Lelaki
telah aku rajah dadamu
bertahun mendengar detak jantung
meraba murung
sebelum kau habiskan sisa kopi
yang terbuat dari tangisku
aku bermukim di sana
menjadi telinga
rebah di setiap langkah
degup kehilangan kabut
di senyummu
hari berkerumun
membangunkanku
/2016
Tafsir Puisi
engkau akan kalah
jika ia kekal
tak akan mampu dipenggal
bahkan kata per kata
/2016
Pasien
mereka bertanya tentang luka
di beranda rumah sakit
keluh berdengung
sakit merapat
menanam hari yang pucat
hanya jadwal periksa
menanti
bersama sejumlah nomor antri
seperti juga sepi
sakit tak pernah bisa dianestasi
/2016