Perempuan Pasar Legi – Jagoan – Kasidah Matematika – Sugih Tanpa Banda
Perempuan Pasar Legi
entah aba-aba dari mana
akar-akar merambat pasar
seperti laron mengepung lampu
kayu mengasapi tungku
selepas subuh riuh berkayuh
mungkin jauh mendekatkan mimpi
karena gunjing bisik kanan dan kiri
mereguk liur menutik selera
bukan ingin mengasong tubuhnya
tapi bisa menjadi nahkoda
bagi suami dan anak-anaknya
hari-hari yang pahit
rempah rimpang menyimpan jerit
kepada hujan yang tak bisa dipindahkan
digelar ditawar jauh dari kewajaran
kembali pulang justru menjadi beban
namun, sesekali ia masih percaya
berkah para leluhur tanah Jawa
pundak punggung perlu disambung
agar tak melengkung
bunga dan doa di makam raja
bekal sejengkal di ambang kerja
mungkin beras, bukan emas
segantang yang membuat esok
kapang dan terang
mungkin juga garam atau cuka
yang membuat hidup semakin terasa
tuna sathak bathi sanak mengalir
berkibar seperti bendera
Jagoan
tinjulah seteru
tanpa basa-basi termangu
menghitung mesiu memilih debu
adalah medan penakar gelanggang baru
mengubah abu-abu lebih biru
melenggang tanpa kawalan
menjulang karena pertemanan
sakulah wasiat, jauhi khianat
pada sepotong paku
yang menebalkan namamu
haruskah di atas kereta
seperti Karna
saat melepaskan jemparing
mengambil posisi miring
membidik ranting
sambil mengawal
keluarnya keris Empu Gandring
padahal Kurusetra
tak tertera di peta Jakarta
tapi tersurat di buku seloka
Jer Basuki Tjahya Purnama
Kasidah Matematika
di kelas berapa
mesti kembali menjumlah usia
menghitung rumus-rumus lama
mengukur yang membujur
menimbang sebelum memegang
lekuk-liku deret angka matematika
mungkin sudah berkali-kali
gagal membagi atau mengurangi
menihilkan lesidu, virusm bakteri
sampai waktu pun berkaki
menjauh sepi, demikian suci
jejak tapak himpunan bilangan asli
Sugih Tanpa Banda
siapakah yang laing kaya
berkubang permata dunia
dialah yang berani berkata
aku tidak punya apa-apa
bahkan tidak punya rasa punya
hatinya tidak dipenuhi
perabit dan pundi-pundi
siapakah yang paling sakti
berazimat dan berludah api
dialah yang punya musuh
tidak jauh selain dirinya sendiri
mengalahkan tanpa mempermalukan
apalagi menyakiti dengan keji
menang bukan untuk tepuk tangan
apalagi di pundak sesama insan
siapakah ksatria sejati
garda depan khalifah di bumi
dialah yang berdiri dengan kaki sendiri
menghalau badai dengan senyumnya
membuat tandingan Zaman Edan
mengubah Kala Bendhu menjadi Kala Subha
berhati-hati, eling lan waspadha
Rujukan: