Anak-anak itu memukul bulan pada sayak-sayak itu
menjelma tarian pada bara yang memancar di setiap kepingnya
Tungku-tungku menghidangkan ayat-ayat
yang menembus seribu purnama
Orang-orang mengunyah mantra-mantra
pada lemang dan tapai pada malamnya
Suara tetabuhan menghantar ke sepertiga malam
hingga serak dendang bertalu dalam kelam
Depok, 5 Juni 2017
Sayak (Bahasa Bengkulu): batok kelapa/tempurung
Puisi-puisi di atas dikutip dari buku Ziarah Sunyi yang diluncurkan dalam acara tadarus puisi religi di Gedung Tempo, 13 Juni 2017. Buku tersebut menghimpun puisi religi karya 30 penyair.
Willy Ana, lahir di Bengkulu, 29 September 1981. Buku puisi tunggalnya adalah Aku Berhak Bahagia (2016) dan Tabot: Aku Bengkulu (2017). Tinggal di Depok, Jawa Barat.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Willy Ana
[2]Pernah tersiar di surat kabar “Tempo” Sabtu – Minggu 17 – 18 Juni 2017