Retorika – Kabut – Dalam Puisi-Puisi Imitasi
Retorika
Pernah kau bertanya
pada tiang antena televisi
yang berdiri di depan pintu kamarmu
tentang gelombang cinta
yang selalu terangkum
oleh indra ciumnya?
Kabut
Gigil embun lalu bersimpuh di cekung nafasmu yang penuh teka-teki
Mengeja setiap hela dengan seribu bahasa tak tersurat
Seperti emotikon berkeliaran pada layar gawai
Yang lahir dari rahim industri kapitalis di negara sosialis
Bahasa ternikmat yang berkelindan
Di lidah licin pemburu matahari bermata gelap
Nafasmu yang bernas melahirkan kata-kata bersayap
Penuh kabut dengan makna tak terperi menyelimut
Seperti rembang malam yang selalu menyergap dengan tanda tanya
Bilakah malam yang datang dengan senyum mengembang atau penuh
luka meraja
Dalam Puisi-Puisi Imitasi
-Dimas Indiana Senja
Menemuimu di pinggiran Yogya
Mungkin kita bisa menebang matahari
Yang teriknya melekat di kepala
Kata-kata dan tegur salam
Hanya tersirat di lempeng senyum
Dan di gerak-gerik bola matamu
Bumi terus berputar asyik sendiri
Tak peduli kau semakin berumur
Kumis mulai tumbuh di teritis bibirmu
Dan kau masih asyik pula sendiri
Bercengkrama dengan pacar imitasi
Yang kau cipta di dinding facebook
Yang sering kau ajak curhat dengan kata puitis
Dan dia tak pernah memintamu kapan menikahinya
Dan matahari semakin membawaku berlari
Untuk segera meninggalkanmu lagi
Membiarkanmu semakin larut bermimpi
Tenggelam dalam puisi-puisi imitasi