Pohon – Jantung – Rambut Malam Mengurai Panjang – Pelukis dan Sekuntum Kembang – Telaga
Pohon
pohon meranggas
ranting dahan tanpa
hijauan;
daun,
daun,
tentang pohon yang telanjang?
Jantung
jantung
jantungku
jantungku
kupegang dada seperti tak
ada degub begitu lembut detak
kuraba-raba tubuh
tak ada sesuatu yang terasa aneh
aku belum akan mati, kan
tak tahu kepada siapa kutujukan
pertanyaan
Rambut Malam Mengurai Panjang
malam melepas ikatan rambutnya
mengurai panjang hitam mengkilat
menjerat nadi kota
aku melangkah pulang
tak lagi berbagi tak ada lagi
yang bisa dibagi
kesepian kujadikan sesaji di perempatan
mewangi dupa tubuhku nyala
aku tetap melangkah pulang sambil
mencari
bayang yang hilang di persimpangan
di awal-awal kepergian
Pelukis dan Sekuntum Kembang
pelukis dan sekuntum kembang
lukisan dan kembang disandingkan, dijauhi
didekati,
dipandang, -persis sama.”
sambil sesekali menyedot rokok yang ting
gal ujungnya
sang pelukis menatap lukisan dan kem
bang,
tiba-tiba,” masih ada yang kurang, warna
aslinya.”
sang pelukis merebah, dadanya
bertatoo perempuan
tanpa busana dengan sekuntum
kembang
mekar di antara pangkal paha;
ada bunyi ting gelas terguling tersentuh
tangan, kopi tumpah
sang pelukis dirambati senja.
Telaga
menjelang senja diam-diam
kau mulai kulupakan
berdiri di bibir telaga menatap
permukaannya seakan diam begitu tenang
memancar aura kedalaman
angin menyingkir tak ingin mengusik
keheningan telaga
lamat-lamat kudengar suara
” aku di sini, turunlah ke telaga, nanti kita
bersama
berjalan-jalan di dasarnya”
tiba-tiba bayanganmu nampak di per
mukaan
aku digoyang-goyang keraguan