Paduka Berhala – Kemoceng – Kerupuk – Caluk – Orang Dusun
Paduka Berhala
Kubiarkan nyamuk-nyamuk kegelapan
Menambang darahku di luar asap damar.
Kubiarkan sulur-sulur senja
Mengupak hasratku di atas api kesunyian.
Kubiarkan rebus batu kuap
Rendang sapiku dan kacang panjang.
Kubiarkan gulai tunjang dan sambal teri
Gado-gado air suling dan putih nasiku.
Segala kecap di ujung ratap,
Segala serat di tulang singkap,
Kubiarkan lambung panas mengurai spageti
Sebagai vampir di bawah jam tidur matahari
Kemoceng
Tak ada debu matahari di lantai ini.
Tak ada badai kuaci di meja ini.
Selimut debu
Hablur di angin lalu.
Dengkur melembing
Di ujung baring.
Seujar angin lalu
Bersilat di lubang pintu.
Di ekor kucing persia kini cuma ada klakson jangkrik
Bergetar seperti remuk api di kepala busi
Kerupuk
Santap aku dengan kuah pical dan saus tomatmu
Tegaskan gigit sebelum pecah darah dalam derukmu.
Lempar aku ke relung perut hitam kucing jantanmu
Tetak ngiau sebelum serat meliputi prasangkamu.
Retas aku dengan tanda seru dalam nadimu,
Tandai kerapuhanku sebelum detak waktu remuk batu.
Caluk
Tak perlu udang di balik batu
Bila ingin memancing ikan di laut jantungku.
Tak perlu harimau di balik pintu
Bila ingin memangsa rusa di rimba hatiku.
Orang Dusun
Orang dusun lebih memahami
Kenapa serumpun betung yang tumbuh di bibir jurang
Lebih mampu membendung tanah longsor
Ketimbang berbatang-batang kayu rengas di puncak bukit.
Orang dusun lebih mengerti
Kenapa giam dan keruing
Lebih mampu mengambang bertahun-tahun di atas Batanghari
Ketimbang setongkang kayu gabus
[1] Disalin dari karya Ramoun Apta
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” Sabtu 9 Desember 2017
Selamat siang admin.
Saya mau konfirmasi atas pemuatan puisi atas nama Ramoun Apta, berjudul: Indeks Salah Catat, 1998 dan Berseluncur dalam Dongeng, saya beritahu ada kekeliruan. Dua puisi tersebut bukanlah puisi karya Ramoun Apta, melainkan puisi karya saya, Yona Primadesi, yang dimuat bersamaan dengan puisi-puisi Ramoun Apta di harian Kompas, 9 Desember 2017.
Saya mohon admin untuk mengkoreksi karena kesalahannya sangat fatal.
Ada 4 judul puisi saya yang dimuat hari itu, bukan dua judul puisi seperti yang tertulis di klping sastra.
Terima kasih
-Yona Primadesi-
Selamat siang,
Terima kasih atas koreksiannya, Mbak Yona Primadesi. Sudah kami betulkan di sini: http://id.klipingsastra.com/2017/12/tragedi-kampung-janda-1983-peta-masa.html. Mohon maaf untuk kelalaian kami.
Salam literasi.
Terima kasih banyak atas perhatiannya.
Saya juga berterima kasih teman-teman berkenan mengarsipkan tulisan-tulisan di media. Kerja teman-teman sangat membantu, terutama bagi saya pribadi.
Sekali lagi terima kasih.