Tragedi Kampung Janda, 1983 – Peta Masa Silam, 1975 – Indeks Salah Catat, 1998 – Berseluncur dalam Dongeng
Tragedi Kampung Janda, 1983
Di Krakas, langit semendung hatimu
saat suamimu dihajar peluru,
dan ayahmu terperangkap nyala api.
Sementara udara Agustus
satu-satunya pakaian perkabungan
ketika pijar merah meletup dari kepala
dan dada anak laki-lakimu, atau
popor senjata meninggalkan surih
di antara parahmu, jadi jalur
sunyi monumen tanpa pemuja.
Tapi di tempat terpencil begini
kau hanya bisa teriak atau
terisak gemelugut. Tak ada yang
akan menyelamatkanmu, mengingatmu,
atau menginventaris nama anak laki-lakimu
pada catatan kaki sebuah buku panduan
kemanusiaan – sekadar ucapan belasungkawa.
Antara ranum buah ampupu di Bibileu
kau arak sisa ingatan, sembunyi
dari aroma mesiu, pekat asap, dan
gelegar hijau — mengubur masa lalumu.
Sesekali kau terpaku, kabut merayap
di matamu, ingat saat mereka seret
tubuh laki-laki di kampungmu
umpama sampah dari sebuah sejarah
hingga bau sangit, anyir darah, atau
jumlah tengkorak, semata pengingat.
Dan mereka menyebutnya, pembalasan!
Peta Masa Silam, 1975
Sebab takdir menjelma
laung seekor gagak
menaksir hayatmu
di tarikh almanak.
Peta silam pun digulung
jarum firasat ditenangkan
berpalinglah penantian
dari tepi pesisir itu.
Mereka telah menyiapkan
riwayatmu di tumpuk batu
bersama makam kosong
sebagai duka yang hampa
Hingga tutup matahari
awan mendung serta air mata
dan doa yang lelah adalah
bunga melepas tangkainya.
Sahajanya jarak
adalah maut itu
berbentang selat
dan seperdua abad.
Kau pasti muskil percaya
takdir pula yang membuka
gulungan masa silam
peta yang buram itu.
Selamat siang admin.
Saya mau konfirmasi atas pemuatan puisi atas nama Ramoun Apta, berjudul: Indeks Salah Catat, 1998 dan Berseluncur dalam Dongeng, saya beritahu ada kekeliruan. Dua puisi tersebut bukanlah puisi karya Ramoun Apta, melainkan puisi karya saya, Yona Primadesi, yang dimuat bersamaan dengan puisi-puisi Ramoun Apta di harian Kompas, 9 Desember 2017.
Saya mohon admin untuk mengkoreksi karena kesalahannya sangat fatal.
Ada 4 judul puisi saya yang dimuat hari itu, bukan dua judul puisi seperti yang tertulis di klping sastra.
Terima kasih
-Yona Primadesi-