Taubat – Kedudukan – Dinding – Istirahat
Taubat
kepada siapa diri mengandalkan
kemampuan melangkah
membaca segala peta bernama cinta
padahal adakah yang tak diciptakan
padahal dari manakah gerak dan
kuasa
datang dan dianugerahkan
di sinilah betapa rendahnya jemawa
bersimpuhlah, duhai jiwa
menempuh jalan yang begitu cahaya
sebab sampai kapan terlupa
sementara senja betapa berwarna
menunggu yang telah ditentukan
sudahlah, usailah
menemukan rindu sungguh berbunga
duhai jiwa yang terantuk dunia
Kedudukan
seorang pencinta bisa saja
tak lepas dari urusan duniawi
di sinilah ia terus mengabdi
usah lagi berambisi
berpindah pada jalanan ukhrawi
itulah syahwat yang tersamar diri
demikian bagi penempuh jalan
yang terlepas segala kesibukan
usah lagi menengok kembali
sebab, menerima ketentuan
adalah bukti dari iman
di mana pun diterima senang
Dinding
seberapa kuat tekadmu
tak ëkan mampu menjebol
dinding itu
sebab siapakah pemilik kuasa
sesungguhnya
bahkan semua telah digariskan
maka menempuh hari-hari
dalam ketentuan
adalah kunci jiwa bahagia
lalu di manakah upaya?
seorang murid
tertatih-tatih dan bertanya
di setiap langkah
agar tidak lupa jalan kembali
jawab sang guru di ujung hati
Istirahat
duhai jiwa yang terus saja
sibuk ikut campur
istirahatlah
segalanya
telah diurus sedemikian rupa
oleh yang tak mungkin lupa
agar tak habis waktu
untuk merindu
menjaga cinta dan berbunga
wangi, ya mewangi
taman indah berwarna-warni
bahagianya hakiki