Borobudur dan Hujan – Dik, Aku Sedang di Malioboro – Mata Senja – Aybel Janan
Borobudur dan Hujan
menaiki tanggamu di saat hujan
satu demi satu
seperti menghitung jejak rindu
langit pun terasa dekat
dalam gapaian
menabur aroma dupa purba
lewat segaris kabut
yang menggiring lengang
memandang patung-patung
dengan tangan dan kepala terpotong
membuatu jadi mengerti
kesucian pun bisa tak selamanya abadi
tapi, aku harus tetap menaiki
tanggamu satu demi satu
mencari lembaran-lembaran cakrawala
mengintip perkampungan nirvana
tempat pertapa
mencari alamat bagi kepulangannya
Dik, Aku Sedang di Malioboro
buat alm. Didik Karyadik
Sejarah tentangmu tumbuh kembali
bersama terang lampu yang
malu-malu menjilat jalan ini
Di depan sebuah toko baju
aku berdiri, diam dan gamang
berharap dapat mengingat senyummu
di antara catatan kaki waktu yang mulai
ringkih
Kita memang telah lama
meninggalkan Januari pada sebuah kalender
yang hanya berisi lukisan kesedihan
Namun kita masih bisa tersenyum
ketika malam mulai merambat ke
pembaringan
menawarkan duri dan kenangan
luka dan sajak yang buru-buru
senja memangkasnya di beranda
Dik, aku sedang di Malioboro
memunguti sisa mimpimu
di bawah tapak kuda yang bergegas pergi
meninggalkan secarik kertas
tentang dirimu
yang jauh dan semakin jauh
2018
Mata Senja
Seperti yang kau lihat
pada mata senja yang kian redup
waktu terus menabung gemuruhnya
Orang-orang berlari
di atas seutas mimpi mereka yang
runtuh sebelum subuh
Andai kita tidak
percaya pada burung yang sanggup
melintas dengan sayap rindu
di atas kampung kesedihan
hutan-hutan air mata
dan pematangpematang
duka para pemimpi
barangkali kita akan
seperti yang lain juga;
sesenggukan, merawat
dahaga di tepi telaga
Aybel Janan
Tangismu pecah
ketika matahari hampir
jatuh ke dada senja
Di atas kursi kayu cokelat tua
aku sendiri, menyulam debar
dari benang-benang rasa takut
juga getir yang kecut
Kau tahu
jarak antara kita
diperpanjang oleh resah
Sampai segalanya pun larut
pada butir air mataku yang tak menghiraukan
alasan untuk tumpah
Kusambut suaramu serupa
kupu di bunga-bunga
saat kepaknya tiba
sebagai tawa yang diam
doa yang menjelma bulan
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Salman Rusydie Anwar
[2]Pernah tersiar di surat kabar “Kedaulatan Rakyat” Minggu 25 Februari 2018