Istri – Selamat Datang Hujan – Fotografer – Syekh Jangkung – Putung Rokok
Istri
Tak ada yang melibihi cantik atau keindahan
Selain wajahmu, istri
Siang-malam kukulum kasih sayang
Meresapkan ketenteraman di hati
Kau tulang rusukku, istri
Mendayung cinta bersama di samudra cinta
: anak-anak adalah cahaya kita
Selamat Datang Hujan
Selamat datang hujan, angin berjingkat pada
musim yang berganti
Waktu masih selalu berputar sebagaimana jam
dinding itu, mengisyaratkan usia
Merangkak di bait-bait cinta di debur rindu
menuju ke kedalaman puisi
Menyemai kisah-kisah air mengalirkan derita
Hujan datang, derasnya seperti kemarahan
hutan dan sungai-sungai
Rintiknya tajam menyerupai gerigi sunyi meng-
gergaji air mata, menyerpih ngilu
Burung-burung pergi meninggalkan elegi wajah
petani yang kuyup resah
Mencangkul keringatnya sendiri
Selamat datang hujan, di rumah-rumah tengge-
lam
Menggenangkan luka-luka dalam kenangan
yang menyayat di kalbu.
Fotografer
Laut, hutan, gunung dan lembah-lembah
kujadikan gambar. lalu
Kupajang di rumah ataupun galeri-galeri pamer-
an, setiap mata
Memandang takjub sampai meneteskan air mata
perih yang menyisakan
Bayang-bayang kehancuran
Kuabadikan wajah-wajah menjadi kenangan
Dan kubingkai, terpajang di dinding-dinding jiwa
Bekas cahayanya menggelayutkan tipu daya
Syekh Jangkung
Saridin itu orang ndesa
Terkenal jujur tidak neka-neka, lenceng galeng
Jalannya seperti matahari berputar memberi
sinar
Cinta pada semesta
Ucapan itu pisau baginya
Kata dan jiwa tak beda terucap, satu makna
bertasawuf
Membaca angin itu arah yang pasti, bahwa
kebenaran bisa dicari
Tapi tak terbantahkan jawabannya
Saridin itu orang ndesa
Dulu walisanga memanggilnya cukup sederhana
Di lubuk hatinya, biasa-biasa saja, justru
kesabaran
Bermekaran menebar aroma kasih
Saridin itu orang ndesa
Yang sangat takut dosa
Yang beriman dalam berkata.
Putung Rokok
Nikmatku terisap habis lalu
Sebatang tubuhku tak utuh dan sia-sia
Terucek di asbak
: wanita-wanita belajarlah dari nasibku
Yang mengenaskan ini.
Kudus, Februari 2018