Semisal Riak Sungai – Semisal Bunga – Menyapa Air Bah – Sajak Cinta Sang Nabi Agung
Semisal Riak Sungai
Siapa sungai terlentang
Mengular hulu-hilir
Muara di lautan bijak
Barangkali gempa kemarin
Meretaki bumi jadi jalur kali
Menggiring air hingga tak banjir
Siapa sungai rela disampahi
Ditambangi dikambinghitami
Diirigasi ke sawah padi
Lalu jadi tak sekedar kenyang
Tapi jadi hidup dan menghidupi
Sst,.. kembalikan sungaiku
jadi jernih dengan riak alami
Semisal Bunga
Kerna pagi semisal bunga
Pandang dan ciumi sederhana
Barangkali kelak membuah
Petik dan cicipi sederhana
Kerna hidup sebagai bunga
Fahami dan jalani sebatas usia
Barangkali kelak terperangah
Kebenaran tak berpihak padanya
Betapa tak mudah berkata tidak
Betapa tak mudahnya membenahkan
Bertahan setia tak seindah bunga
Sebagaimana janji yang ternyanyikan
Menyapa Air Bah
Jangan, jangan kau bendungkan
Alirkan saja ke mana ia mau
Kembalikan habitat cara berair sejati
Jangan terlalu serakah kuasai
Kerna aku cuma air ayat alami
Kembalikan cuaca pada musimnya
Kerna aku cuma air, tak mau rekayasa
Jangankan hujan, sungai dalam bumi
pun bisa aku banjirkan
Jangan, jangan kau tebang habis
hutan sisa sahabat asli akar airku
Ia hutan cuma milik tatanan hidup
dan kehidupan
Hmm, mari kita suka tanam
setiap hari….
Sajak Cinta Sang Nabi Agung
Terima kasih siapa tak terkata
tapi sampai
tak tergenggam
tapi tersimpan
Tersujud aku padamu, ya, Nabi Agung
Tersungkur aku di sajadah cintaMu
Gemetaran ini jiwa
Gemetaran angin, udara, dedaunan dan
serangga
Terasa dan ternyata
kehadiran kau, ya, Nabiku
Di sini
Di majlis maulidurrasul
shalawatan semalaman ini
Senandung bedug, senandung degub
jantung hatiku
Salam padamu penghulu para nabi
Salam padamu dan berkahi kami
Tanpa terutusNya kau
Jadi apa ini jiwa
Terusak-rusak moral pekerti manusia
Harga wanita terhina-hina
Murah darah murah berhala
Ya, ya Nabi Agungku, hadirlah kau
dalam hatiku
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Marjudin Suabe
[2]Pernah tersiar di surat kabar “Kedaulatan Rakyat” Minggu 1 April 2018