Dalam Sebuah Perjalanan – Menuju Kampung Halaman
Dalam Sebuah Perjalanan
aku cukup hafal jalanan ini
tempat di mana aku denganmu
menukar warna sepi dan puisi
lampu-lampu yang berdiri tegak
di tepi jalan ini, sinarnya tak sampai
pada mata dan hatiku. sementara wajahmu
yang disimpan kayu dan seluruh benda
di jalan ini, menyilaukan mata rindu
di balik jantungku.
tak ada yang lebih sunyi
dari jalan menuju Tuhan
dan menujumu. Sebab
segala setiap tikungan
selalu menyimpan pertanyaan
yang gagal aku pecahkan
Yogyakarta 2018
Menuju Kampung Halaman
setiap yang pergi akan pulang
pada muasal. Dunia adalah kata
yang harus dijelajahi untuk
mencari makna yang abadi
jalan pulang adalah jalan
setapak menuju masa lalu
tempat di mana masa kecil
berkeliaran dan sawah-sawah
hijau menyediakan pangan
oh, tanah kelahiran
aku datang padamu untuk
memelukmu kembali, seperti
awalmula peluk seorang kekasih
yang penuh kasih
Yogyakarta 2018
Aku Telah Sampai
aku telah sampai
pada ingin yang dingin
aku masih mengerti bahasa
angin, bahasa rerumputan
dan suara degup jantungmu
di sini
semua gerak adalah rindu
yang diarak mengelilingi
masa lalu
doa adalah kembang api
yang meledak di tahun baru
Yogyakarta 2018
Belakang Rumah
aku mengubur sibuk
pada angin yang mabuk
aku melepas jenuh
pada tawa sawah-sawah
Yogyakarta 2018
Mengunjungi Rumahmu
– Naufal Al-Mahrosi
aku suka pada pepohonan
tikungan, bebatu, dan tanjakan
sebelum sampai rumahmu itu
semuanya begitu ramah padaku
semuanya masih patuh terhadap
petuah-petuah leluhur
aku juga suka pada gunung
yang membelah dirinya
untuk memberikan temu
pada orang di kampungmu;
dengan kampung sebelahnya,
atau pada kesombongan rumahmu
yang masih menyimpan
warisan moyang
Yogyakarta 2018
Syarif Santava lahir di Sumenep, Madura. KIni belajar di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Suka Yogyakarta. Bergiat di Komunitas Menulis Pinggir Rel (MPR)(44)
[1] Disalin dari karya Syarif Santava
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” Minggu 8 Juli 2018