Tidurlah Saja – Gempa – Hilang – Bendera
Tidurlah Saja
Tidurlah saja di pembaringan hati, terpuji jika mengingat
mati
mimpi-mimpi pun terjaga, sebagaimana rembulan dan
bintang-bintang
sinarnya membinar indah di sunyi malam yang rahasia
tidur saja di saat penat mengeram, lalu memuntahkan
riak tanda tanya
tanpa jawaban
di mata hanya bayang-bayang, di jiwa hanya gelisah yang
tak ada batasnya
menebar segala sia-sia
tidurlah saja di telaga peluh bersembahyang
yang mengheningkan cahaya memperlihatkan peta cinta
tidurlah saja, ya tidurlah saja
istirahatkan sementara dalam degup jantung penuh doadoa,
Kudus, Agustus 2018
Gempa
tak ada yang lebih menakutkan
selain gocanganmu, gempa
harta benda tak kuhiraukan
kecemasan ibarat maut di pelupuk mata
palung laut atau tanah retak bergerak liar
seperti gasing di dada mengeram, luka-lukakah
yang berisyarat?
banyak orang mengungsi di barak-barak meratap
nestapa
mengundang iba kembali ke cintaNya
aku datang mengingatkan lupamu lagi
yang tamak menggergaji pepohonan, beribu hutan jadi
gersang
mengiusir burung-burung pergi entah ke mana
yang angkuh menjerat leher petani, pesawahan jadi
perumahan
maupun gedung-gedung industri
yang rakus melimbahi laut, nelayan-nelayan memandang
ombak
menebarkan bayang-bayang
tak ada yang lebih menakutkan
selain wajahmu, gempa
menyerupai tajam pisai mengiris air mata.
Kudus, Agustus 2018
Hilang
Seorang pejuang terlupakan, benderanya robek berkibar
di tiang keangkuhan
seorang pejabat menakutkan, kekuasaannya tajam
di tusukan kepentingan
seorang pengembara kehilangan cinta, pencariannya
tersesat
di belukar ketamakan
akhirnya, semuanya hilang
tinggalkan pura-pura yang merajam.
Bendera
Berkibarlah benderaku di perut
masih ada lapar yang tersia
berkibarlah benderaku di mata
masih ada pandangan yang terasing
berkibarlah benderaku di mana-mana
masih ada penjajahan yang ganti nama
benderaku berkibarlah
sekuat desau angin menghampar di samudra jiwa.
Kudus, Agustus 2018
– Jumari HS, lahir di Kudus, 24 Nopember 1965. Pada 2011 diundang University Hangkuk Seoul, Korea Selatan, untuk membacakan puisinya di Kota Ansan. Buku puisi ketua Teater Djarum ini adalah Tembang Tembakau (2008), Tentang Jejak yang Hilang (2016), dan Panorama Senja (2018). (44)
[1] Disalin dari karya Jumari HS
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” Minggu 12 Agustus 2018