Yang Datang sebagai Utusan – Yang Selalu Engkau bagiku – Yang Membuat Rumah Jadi Bercahaya – Yang Kupanggil Ibu Susu – Yang Kurindu Segera Sampai
Yang Datang sebagai Utusan
– satria pamungkas
engkau datang untuk yang tak mau selesai
seperti tiupan angin bagi mendung tergantung
mendung yang batal jadi gerimis
yang urung jadi hujan
aku tak akan bertanya siapa dirimu
sebab aku tahu kau adalah titik cahaya
kala segala harap berasa padam
kau serupa kejut panjang
kala degub jantung berasa memelan
aku tahu engkau
datang sebagai utusan alam
apa pun yang menolak selesai
dan melenceng dari ketentuan
kau lempangkan semakna rajah tangan
aku menerima kedatanganmu
sebagaimana kuterima jalan hidupku
2018
Yang Selalu Engkau bagiku
– banyu bening
yang selalu mengurai cuaca masai
saat jalan sungaiku beriam
berjeram
yang selalu memberi ketenangan
ketika jalan sungaiku sampai
di palung paling dalam
yang selalu gemericik merdu
bila jalan sungaiku terhadang rambu
lumut dan batu-batu
banyu bening
mengalir jauh hingga puisiku
merupa ilham baru
menderas dari langit biru
mengalir jauh hingga hilir hidupku
ditolak angin semilir
melarung semua pahit getir
merasuk dalam hingga butir darahku
menguatkan nafas yang melenyai
menyegarkan sel tubuh yang melayu
banyu bening
bagiku engkau yang selalu
2018
Yang Membuat Rumah Jadi Bercahaya
– banyu embun
setiap pagi
kami selalu membuka jendela kamar
lebar-lebar
membiarkan sejuk udara dan hangat matahari
masuk
membawa kilau banyu embun dari ujung-ujung daun
sepanjang pagi
kami saksikan kilau banyu embun itu
membuat kamar dan seluruh rumah jadi bercahaya
semua penghuninya membuka hati bagi yang bertandang
dengan sepotong kue kasih dan secangkir kopi sayanng
selagi berdoa kami tak pernah lupa meminta
setiap pagi tiba
langit senantiasa biru warnanya
hingga sejuk udara hangat matahari kilau embun
membuat rumah kami jadi selalu bercahaya
hingga orang-orang senang bertandang
mencicipi sepotong kue kasih dan secangkir kopi sayang
sampai datang siang bahkan senja menjelang
2018
Yang Kupanggil Ibu Susu
– nduk
aku tahu
tiada setetes pun air susumu dalam darahku
tetapi deras air cintamu yang mengucur sebagai susu
membuat aku tak ragu menyebutmu ibu
air cinta yang kureguk saban hari
pada sayur asam sambal kukus dan gimbal teri nasi
pada pantalon sarung dan baju yang terlipat rapi
pada omelan delik mata yang menyimpan panas api
maka tanpa ragu kupanggil kau ibu
ibu susu yang menetekiku
dengan cinta seluas bentang kalbu
dengan benci selembut kain beludru
dengan doa seputih kapuk randu
aku tahu
engkau ibu tak cuma bagi anak-anakku
tetapi pun untukku
maka bila aku lemah: kuatkanlah
bila aku alpa: ingatkanlah
bila aku lancung: jujurkanlah
bila aku gawal: maafkanlah
maka tanpa ragu aku menyebutmu ibu
2018
Yang Kurindu Segera Sampai
– baiduri
Jika cemas boleh diibaratkan sebagai cabai
pedas bagaimana lagi yang kautawarkan
sesudah bertahun kauberikan cemas terpedas
hingga hati menjadi jeri hingga lidah menjadi lidas
ayolah segera berubah, kekasihku
biar cemas tak menjelma pedih
biar pedas menjadi berasa gurih
jika menunggu merupakan benih asa tersemai
seberapa lama buah pohonnya bisa tertuai
sedang sprei di ranjang pelahan memasai
kau masih saja duduk di situ santai lagi abai
ayolah beranjak, sayangku
sebab waktu tak pernah mau lama menunggu
bulan dan tahun berulang datang pergi
jangan biarkan dirimu terlambat dan sendiri
beranjaklah, sayangku
aku rindu kau segera sampai
segera sampai
2018
– Mukti Sutarman Espe, penyair kelahiran Semarang, tinggal di Kudus. (44)
[1] Disalin dari karya Mukti Sutarman Espe
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” edisi 2 September 2018