Matahari – Matapanah
Matahari
Matahari yang lahir dari mantramu
tak mampu membakar kegelapan
di mataku. Meski bertahun-tahun sudah
ia mengambang di anggana wajahku.
Tapi yang kurasa hanya belai kehangatan
sementara, seperti percintaan pertama
dengan kekasih tercinta, kemudian
terlupakan begitu saja.
Mungkin kegelapan di mataku
lahir lebih dulu darinya, dan
ditakdirkan untuk abadi.
Matapanah
Aku telah kalah
sejak beradu tatap
sebelum tarung dimulai.
Saat kau ambil sebatang anak panah
mempertemukannya dengan busur
lalu membidikkan matapanah itu
aku hanya bisa pasrah, bernapas kecil
membebaskan denyut jantung terakhir.
Ardian Je, lahir di Bekasi, 22 Maret 1992. Bergiat di Rumah Dunia. Tengah merampungkan buku puisi terbarunya. Mendirikan Rumah Baca Bojonegara di Serang, Banten.
[1] Disalin dari karya Ardian Je
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Pikiran Rakyat” edisi Minggu 14 Oktober 2018