Di Mana Alamat Rindu
Di Mana Alamat Rindu
I: Dialog
kau bertanya, di mana
alamat rindu?
ketika kujawab,
di hati malam saat
waktu lelapkan pertemuan
kau kembali bertanya, mana
jalan menuju perjumpaan?
aku berujar, turuti kaki
lelaki yang dikutuk rindu
lalu menatap bukit
tapi dia silau oleh cahaya
maha Cahaya
kau kembali bertanya,
apakah rindu ada di bukit itu?
aku jawab, lebih tinggi
karena itu tak mampu kau daki
lalu kau bertanya lagi, ke mana
harus kutemukan rindu?
sebelum kujawab, lama aku terdiam:
cari sampai kau tak lagi bertanya
di mana rindu?
2018-2019
II: Arah Jalan
selalu jalan menuju
alamat itu
tak pernah silau
kau mengarah selalu
ke jalan itu. sebuah
alamat tiada di buku
tapi muncul dari igaumu
lalu seseorang menanti
dalam alamat itu; igau
yang semayam di matamu
setiap terpejam
dan menatap jauh
barangkali, nanti, alamat
itu benarbenar hilang
kau tak henti memburu
dan aku akan meletakkan
di tanganmu. meski
sudah berubah, alamat
itu tak lagi mengenalmu
sebab sudah kububuhi
seluruh perjumpaan
3-4 Januari 2019
Bukan Pelantun
: Karaoke Room
aku bukanlah pelantun
meski aku akan bernyanyi
untukmu. hanya satu
lagu, itu pun begitu pilu
aku hanya miliki rindu
tak busa kuganti nyanyian
maka aku akan mengeja
setiap baris lagu
yang kau lantunkan
dan seperti kusaksikan
biduan di panggung
betapa aku melambung
tapi, aku bukan pelantun
maka kunikmati nyanyianmu
dan, kau begitu rindu
lalu aku kian sendu
4 Januari 2019
– Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, 5 Juni 1958, dijuluki oleh HB Jassin sebagai Paus Sastra Lampung. (28)
[1] Disalin dari karya Isbedy Stiawan ZS
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” Minggu 6 Januari 2019