Putik Magnolia dan Duka
Putik Magnolia dan Duka
Tak ada kebahagiaan pagi ini
Putik magnolia diserbuki kumbang
Aku hanya bisa memandang
Duka mengambang di dedaunan
Bau lembab mengalir ke lembah
Meranalah batu-batu kelam
Seseorang telah mengambilnya dariku
Larik sepal kelopak tampak koyak
Denting dawai bunga telah dipetik
Aroma musim gugur melayang lebih cepat
Menjemput bait-bait melankolia
Lada-lada hitam pecah di bola mata
Aku menggerus potongan rindu di usus
Menghancurkan ladang-ladang perburuan
Batang rumput patah dan terbakar
Seseorang yang lain pun datang
Mendekat dan membelai daun telingaku
Setiap orang akan bahagia dengan dukanya
Indramayu, 2019
Merah Eforbia
Kaulah bunga itu. Selengkung warna
Merah eforbia. Tumbuh dengan getah susu
Merawat sepokok rindu.
Di bukit dan batu. Di pekarangan sunyi
Para penyair. Larik-larik sajak mekar dan gugur
Dalam lingkar matamu.
Seikat hujan yang kauhimpun. Jalanan hijau
Melukis horizon. Makin jauh pergi burung-burung
Ke kota-kota tua ia bersarang.
Matahari telah rembang kepada petang
Kita nyalakan api kecil
Air mata kita hapus dengan mimpi
Pada sebuah bantal. Di sana kepala direbahkan
Dan rembulan yang kaupeluk
Mengujiku apakah aku masih punya cemburu
Indramayu, 2019
Bunga Tropika
Di sekitar ekuator. Di antara dua garis lintang
Di sanalah kudapatkan keindahan bunga;
1. Jengger ayam
2. Bugenvil
3. Kamboja
4. Tabebuya
5. Melati
Tumbuh memagari rindu. Berkisar
Di sekeliling hati. Dalam rangkai matahari
Aku memuisikan putik-putik cantik
Remah segenap putaran musim
Kemarau dan hujan adalah keseimbangan
Kilau sisik warna di kuntum waktu
Marilah menjadi anak-anak puisi
Dilahirkan dari biji-biji suci
Tumbuh di tanah Adam diciptakan
Daun-daun bertimbulan embun
Berbunga di hijau khatulistiwa
Indramayu, 2019
Batu dan Lumut
Akulah batu
Dan kaulah lumut
Telah berkali hujan tumpah
Tubuh pun basah
Bertahun bertahan
Deru debu dan panas membakar
Tak ada penyesalan
Rindu setia di senyuman
Perlahan kita pun lapuk
Namun bahagia telah direguk
Indramayu, 2019
Buah Ceri
Tatapanmu adalah awal musim semi
Mekar di tangkai-tangkai buah ceri
Hari pun lebih menyala
Gigitlah angin yang berjalan semilir
Biarkan tangannya membelai
Gerai duka disisir lembut jemari
Sebagai keindahan yang diabadikan alam
Kita memetik merahnya senja di pohon
Menyusun kembali patahan ranting kering
Indramayu, 2019
Faris Al Faisal, lahir dan tinggal Indramayu, Jawa Barat. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Forum Masyarakat Sastra Indramayu (Formasi). Menulis fiksi dan nonfiksi | “Kedaulatan Rakyat“.
Keterangan
[2] Arsip Puisi, Kedaulatan Rakyat, Koran Lokal ini pernah tersiar pada edisi Minggu (akhir-pekan) 21 April 2019